Rabu, 27 Oktober 2021

Ibnu Rusyd Ibnu Rushdi, Ibnu Rusyid

Ibnu Rusyd (Ibnu Rushdi, Ibnu Rusyid, lahir tahun 1126 di Marrakesh Maroko, wafat tanggal 10 Desember 1198) juga dikenal sebagai Averroes, adalah seorang filsuf dari Spanyol (Andalusia). Ia menguasai dan mendalami banyak bidang ilmu, seperti Alquran, fisika, matematika kedokteran, biologi, filsafat, dan astronomi. Karena itu, ia kerap pula disebut si jenius dari Andalusia. Ayah dan kakek Ibnu Rusyd adalah hakim-hakim terkenal pada masanya. Ibnu Rusyd kecil sendiri adalah seorang anak yang mempunyai banyak minat dan talenta. Selain itu, Ibnu Rusyd juga dikenal sebagai seorang tokoh perintis ilmu jaringan tubuh (histology). Ia pun berjasa dalam bidang penelitian pembuluh darah dan penyakit cacar. Masa hidupnya sebagian besar diberikan untuk mengabdi sebagai kadi (hakim) dan fisikawan. Di dunia barat, Ibnu Rusyd dikenal sebagai Averroes dan komentator terbesar atas filsafat Aristoteles yang memengaruhi filsafat Kristen di abad pertengahan, termasuk pemikir semacam St. Thomas Aquinas. Banyak orang mendatangi Ibnu Rusyd untuk mengkonsultasikan masalah kedokteran, hukum dan filsafat. Filsafat Ibnu Rusyd ada dua, yaitu filsafat Ibnu Rusyd seperti yang dipahami oleh orang Eropa pada abad pertengahan; dan filsafat Ibnu Rusyd tentang akidah dan sikap keberagamaannya. Karya-karya Ibnu Rusyd meliputi bidang filsafat, kedokteran dan fikih dalam bentuk karangan, ulasan, essai dan resume. Hampir semua karya-karya Ibnu Rusyd diterjemahkan ke dalam bahasa Latin dan Ibrani (Yahudi) sehingga kemungkinan besar karya-karya aslinya sudah tidak ada. Zaman keemasan Abad XII dan beberapa abad sebelumnya adalah zaman keemasan bagi perkembangan ilmu pengetahuan di dunia Islam. Saat itu, Dinasti Abbasiyah sedang berkuasa, dengan pusat pemerintahan di Semenanjung Andalusia (Spanyol). Para penguasa muslim pada masa itu sangat mendukung perkembangan ilmu pengetahuan. Mereka sering meminta para ilmuwan untuk menggali kembali warisan intelektual Yunani yang masih tersisa. Dengan begitu, nama-nama ilmuwan beserta Yunani beserta karyanya, seperti Aristoteles, Plato, Phytagoras, dan Euclides, masih tetap terpelihara hingga sekarang. Ibnu Rusyd dapat digolongkan sebagai seorang ilmuwan yang komplit. Selain sebagai seorang ahli filsafat, ia juga dikenal pakar di bidang kedokteran, sastra, logika, ilmu pasti, dan ilmu agama. Sehubungan dengan itu, ia sangat menguasai ilmu tafsir al-Quran dan hadis, juga ilmu hukum dan fikih. Disebabkan kecerdasannya itulah, ia kemudian diangkat menjadi Hakim Agung Kordoba, sebuah jabatan yang pernah dipegang kakeknya pada masa pemerintahan Dinasti al-Murabitun di Afrika Utara. Ibnu Rusyd menjadi hakim agung selama masa pemerintahan Khalifah Abu Ya’kub Yusuf hingga anaknya, Khalifah Abu Yusuf. Di sela-sela kesibukannya sebagai seorang dokter dan hakim agung, Ibnu Rusyd menyempatkan diri menulis. Ia menghasilkan lebih dari dua puluh buku kedokteran. Salah satunya adalah al-Kulliyyat fi al-Thibb, yang kemudian diterjemahkan dalam bahasa Latin. Buku yang merupakan ikhtisar kedokteran yang terlengkap pada zamannya ini diterbitkan di Padua pada tahun 1255. Sementara itu, salinannya dalam versi bahasa Inggris dikenal dengan judul General Rules of Medicine. Salinan tersebut sempat dicetak ulang sebanyak beberapa kali di Eropa. Para penulis sejarah mengungkapkan kedalaman pemahaman Ibnu Rusyd dalam bidang kedokteran dengan berkata, “Fatwanya dalam ilmu kedokteran dikagumi sebagaimana fatwanya dalam fikih. Semua itu disebabkan kedalaman filsafat dan ilmu kalamnya.” Ibnu Rusyd juga seorang ahli filsafat yang cerdas. Pada masa itu, buku-buku Aristoteles yang diterbitkan masih sangat sedikit dan sulit dipahami. Menyadari hal itu, Ibnu Rusyd tergerak untuk mengoreksi buku terjemahan karya Aristoteles tersebut bahkan melengkapinya. Ia juga menerjemahkan dan melengkapi sejumlah karya pemikir Yunani lain, seperti Plato yang mempunyai pengaruh selama berabad-abad. Pada 1169-1195, Ibnu Rusyd menulis sejumlah komentar terhadap karya-karya Aristoteles, seperti De Organon, De Anima, Phiysica, Metaphisica, De Partibus Animalia, Parna Naturalisi, Metodologica, Rhetorica, dan Nichomachean Ethick. Dengan kecerdasannya, komentar Ibnu Rusyd itu seolah menghadirkan kembali pemikiran Aristoteles secara lengkap. Di sinilah terlihat kemampuan Ibnu Rusyd yang luar biasa dalam melakukan sebuah pengamatan. Di kemudian hari, komentar Ibnu Rusyd tersebut sangat berpengaruh terhadap pembentukan tradisi intelektual kaum Yahudi dan Nasrani. Hal itulah yang kemudian membuka jalan bagi Ibnu Rusyd mengunjungi Eropa untuk mempelajari warisan Aristoteles dan filsafat Yunani. Karya fenomenal Sejumlah karya Ibnu Rusyd yang fenomenal di antaranya adalah Encyclopedia Kedokteran berjudul Kulliyat yang diterjemahkan ke dalam bahasa Latin Colliget. Juga tulisan kritisnya terhadap karya Ibnu Sina (Avicenna) Canon of Medicine (Qanun fit-Tibb) sebagai pakar kedokteran pendahulunya. Di bidang Fisika, Ibnu Rusyd telah mengajukan konsep-konsep kinetika jauh sebelum Isaac Newton lahir (1642-1727 M). Tiga serial bukunya yang telah diterjemahkan dengan judul Short Commentary on the Physics, Middle Commentary on the Physics, dan Long Commentary on the Physics, memberikan rumusan gaya terkait dengan massa, sebagaimana yang diajukan oleh Newton dengan hukum mekanikanya beberapa ratus tahun kemudian. Ibnu Rusyd adalah fisikawan pertama yang mengajukan konsep inersia dalam kinetika. Dalam ilmu Astronomi, Ibnu Rusyd sudah berpikir tentang perputaran benda-benda langit yang berbentuk bola dan saling berputar di dalam orbit. Ia juga memberikan penjelasan ilmiah tentang fenomena bintik matahari, dan warna buram dari permukaan Bulan sebagai satelit Bumi. Ini jauh sebelum Galileo Galilei (1564-1642 M) yang dianggap sebagai Bapak Astronomi oleh dunia Barat. Di bidang filsafat, Ibnu Rusyd (1126-1198 M) mengritisi Al Ghazali (Algazel, 1058-1111 M) lewat karya fenomenalnya: The Incoherence of the Incoherence (Tahafut al-Tahafut). Karya Al Ghazali yang dikiritisinya adalah Incoherence of the Philosophers (Tahafut al-falasifa) yang juga merupakan karya puncak di zamannya. Oleh sebagian umat Islam, Ibnu Rusyd dianggap sebagai ulama yang berpikiran sekuler dalam hal pemahaman keislaman. Ia menggunakan pendekatan logika dan rasionalitas yang kelak menjadi dasar bagi berkembangnya sains dan teknologi modern. Ini berbeda dengan Al Ghazali yang lebih bertumpu kepada filsafat dan akhlak yang menjurus kepada sufisme dan mistisisme. Ia juga tertarik pada gagasan al-Farabi tentang logika. Ibnu Rusyd adalah seorang filosof yang telah berjasa mengintegrasikan Islam dengan tradisi pemikiran Yunani. Di bidang ilmu agama, ia menghasilkan sejumlah karya, seperti Tahafut at-Tahafut, sebuah kitab yang menjawab serangan Abu Hamid al-Ghazali terhadap para filosof terdahulu. Sebagai seorang ahli ilmu agama dan filsafat, Ibnu Rusyd dianggap cukup berhasil mempertemukan hikmah (filsafat) dengan syariat (agama dan wahyu). Semasa hidupnya, Ibnu Rusyd menghasilkan sekitar 78 karya, yang semuanya ditulis dalam bahasa Arab. Kini, sejumlah karyanya tersimpan rapi di perpustakaan Escurial, Madrid, Spanyol. Tidak banyak yang mengetahui kalau Ibnu Rusyd pernah hidup dalam pembuangan. Ia pernah dibuang di Lecena, Spanyol, karena dianggap murtad dan menghina kepala negara. Ia juga pernah dibuang ke Marako karena difitnah oleh seseorang, sampai ia menghembuskan nafas terkahirnya di kota ini. Ibnu Rusyd wafat pada 595 Hijriyah (1198 M) di kota Marakis, Maroko. Jenazahnya kemudian dibawa ke Andalusia dan dimakamkan di sana.